22 August 2006

Mengajar Matematika

.
Membaca kata 'matematika' pada umumnya diasosiasikan dengan angka, operasi bilangan, prosedur, kompleks, sulit atau juga jenius. Memang, siswa yang pintar matematika seringkali dibilang jenius, karena dia mampu menguasai konsep dan prosedur dalam matematika untuk menyelesaikan masalah-masalah mengandung matematika.

Namun, banyak pula yang bilang bahwa belajar matematika itu sulit. Karena selain isi dari matematika itu sendiri yang kompleks, memahami konsepnya pun butuh ketekunan sendiri. Apalagi kalau disajikan secara abstrak. Algoritma-algoritma atau rumus-rumus menjadi kaku dan kosong akan arti. Sehingga muncullah ide untuk mempelajari matematika melalui konteks nyata. Apakah kemudian menjadi mudah? Mungkin iya bagi murid, tapi bagi guru? Mudahkah mecari ide me-nyata-kan matematika?

Masih ingat dengan pelajaran pembagian dengan pembagi pecahan? Misalnya: 3/4 : 1/2. Jawabannya adalah 3/2. Bagaimana caranya? 3/4 : 1/2 = 3/4 : 2/1 = 6/4 = 3/2. Mengapa 1/2 dibalik menjadi 2/1? Jika tidak memahami betul arti pembagian, hanya akan menjawab: ya... memang seperti itu prosedurnya. Kalo seperti ini diteruskan, siswa-siswa akan berkembang menjadi manusia-manusia penghafal, ikut-ikutan nan kaku. Ya pokoknya seperti itu! Payah kan?

BTW, kok pembaginya dibalik kenapa ya? Ada banyak cara untuk menjelaskan prosedur ini sebetulnya. Yang pertama menggunakan pola. Perhatikan kutipan penjelasan guru matematika berikut ini:

Ehem...ehem... anak-anak... kita tahu bahwa 6 : 2 artinya berapa kali kita dapat mengurangkan 2 dari 6. Jadi, 6:2=3 karena kita dapat mengurangkan 3 kali 2 dari bilangan 6. (guru menggambar 6 buah lingkaran kecil yang kemudian di kelompokkan 2-2 sehingga ada 3 kelompok). Demikian juga dengan 4 : 1/2 = 8 karena ada 8 buah 1/2-an yang membuat bilangan 4. (guru menggambar di papan tulis empat buah ppersegi panjang, masing-masing persegi panjang di sekat menjadi 1/2-an, sehingga total ada 8 buah 1/2-an). Kalau begitu berapa 2 : 1/2? 3 : 1/2? 6 : 1/2? hmm.... kalian melihat pola? hasilnya selalu 2 kali bilangan yang dibagi. Mari kita lihat, 2 : 1/4? 3 : 1/4? 5 : 1/4? yay... hasilnya selalu 4 kali bilangan yang dibagi. (guru melanjutkan pertanyaan dengan pembagi pecahan-pecahan yang lainnya dan akhirnya bilangan yang dibagi juga pecahan...sedemikian sehingga terlihat pola yang sama. Pola inilah yang menjadi rumus cepat pembagian dengan bilangan pembagi pecahan adalah dengan mengalikan bilangan yg dibagi dengan belikan dari pembaginya)

Uhuk...uhuk... perhatikan anak-anak. Ingat kembali bahwa bilangan yang dibagi dengan 1 hasilnya adalah bilangan itu sendiri. Sehingga, jika kita punya:
(2/3 : 6/7) = (2/3 x 7/6) : (6/7 x 7/6) = (2/3 x 7/6) : 1 = 2/3 x 7/6 = 14/18 = 7/9

Jadi, 2/3 : 6/7 = 2/3 x 7/6
Dengan cara yang sama, 1/3 : 1/2 = 1/3 x 2/1 = 2/3; (dan seterusnya dengan contoh yang lain)

Ini baru menjelaskan tentang pembagian pecahan, hanya bagian kecil saja dari matematika. Mengajar matematika itu lebih sulit dari belajar matematika. Jangan mau jadi guru matematika kalo tidak dibayar mahal, bukan hanya masalah bayaran uang, tapi juga penghargaan dalam bentuk kesempatan, penghormatan dan kepercayaan. Bravo guru matematika.

21 August 2006

Pengen lihat salju?

.
Sebagian besar wilayah Indonesia tidak bersalju, karena iklimnya yang tropis. Katanya hanya ada di Puncak Jayawijaya, Papua. Dulu sering melihat di TV film-film berlatar salju. Waktu itu aku berpikir, ah paling juga seperti itu. Tapi, jika ada tawaran trip menikmati salju, emm... oke deh!!

Hari Jumat yang lalu, kita pergi ke snowy mountain di Kosciuszko National Park. Akhirnya, aku megang yang namanya salju. Rasanya benda ini tidak aneh bagiku. Mungkin bagi pembaca yang pernah membersihkan bongkahan es di dalam freezer! Kurang lebih seperti itu. Seperti es serut (loh, memang es kok) yang lembut berwarna putih, jumlahnya sangat banyak sekali sehingga sampe menutup permukaan tanah. Salju memang lembut, tapi kalo kita genggam jadi keras seperti batu. Salju-salju ini membatu membentu dataran atau gunungan yang menjadi track menantang untuk para pemain ski.

Jika matahari sedang bersinar terang, salju juga akan mencair. Sama seperti es di rumah kita. Salju juga merefleksikan 100% cahaya matahari, makanya kita butuh kaca mata hitam dan krim untuk pelindung kulit dari UV di saat-saat seperti ini. Udaranya tetep dingin loh, walaupun matahari bersinar terang. Tapi dingin itu gak terasa kalo badan terus bergerak, jalan-jalan, main ski atau makan-makan. :)

Nggak percaya kalo aku udah pegang salju? Hmm?? Silakan lihat foto di sini.

Tujuh belasan

.
Seperti tahun-tahun sebelumnya, tujuh belasan kali ini juga dirayakan dengan upacara, menikmati hiburan lagu dan tarian serta makan-makan. Yang beda kali ini cuma tempatnya saja.

17 Agustus 2006, aku mengikuti perayaan di Wisma Indonesia, rumah dinas pejabat konjen di Sydney. Biasa aja sih, gak terasa nuansa nasionalisme malahan. Apa aku yang udah mati rasa ya? Ah enggak ah, aku masih sering pengen pulang merasakan damainya hidup di desa, menikmati angin sepoi-sepoi, ramah-tamah dengan tetangga, bau tanah dan masih banyak lagi. Kepergianku ke Sydney juga karena janji ke pertiwi; yang mengesankan AusAid sehingga mensponsoriku. Meskipun hanya janji sederhana, janji inilah yang menjadi roh thesisku. Cie...

Selamat HUT Kemerdekaan RI ke-61. Jaya negriku!

15 August 2006

Dunia Nyata Dunia Maya

.
Dunia maya berbasis internet semakin difasilitasi oleh jaringan penghubung dengan tetangga, teman atau siapa saja; ketika manusia di dunia nyata semakin tertutup dengan manusia lain, meskipun tetannga sebelah. Fasilitas itu juga dilengkapi dengan layar yang menampilkan luapan ide atau percakapan batin antar manusia, dalam tulisan, suara atau gambar. Aliran informasi di sini luar biasa derasnya.
.
Salah satunya adalah Vox. Yang lainnya? Blog*something (karena ada banyak yang diawali dengan blog), Multiply, Wordpress, ... , Friendster, Hi5, ... , tentu saja para pembaca lebih tahu banyak!
.
Ide pengontrolan lalu lintas manusia di sini sudahlah dinyatakan dalam perangkat-perangkat, seperti anti-spam, anti-virus atau anti-plagiarism. Akan tetapi, sepertinya yang lebih diperlukan lagi adalah kontrol pribadi. Karena, secara yang berperan di dunia maya ini adalah manusia di dunia nyata, maka karakter yang diperankan pun juga sama, karakter manusia. Kontrol pribadi ini mungkin yang akan menahan manusia untuk bersikap adil terhadap manusia yang lain, seperti halnya hubungan manusia yang diharapkan di dunia nyata.
.
Dunia maya memang unik karena meniru dunia nyata. Namun, dunia maya bukanlah dunia lain dari dunia manusia sesungguhnya. Dunia maya juga bagian yang nyata dari dunia ini. Dengan terlibat dalam tulisan ini, Anda dan saya telah masuk dalam dunia maya. Selamat menikmati perjalanan di dunia maya dan jangan kebablasan! :P

14 August 2006

Iklan Mbah Maridjan

.
Di Indonesia, kontroversi iklan obat kuat yang dibintangi oleh tokoh Mbah Maridjan sudah berlangsung kira-kira sebulan yang lalu. Berbagai media pun menyoroti figur renta ini, termasuk para blogger. Banyak komentar telah dilontarkan dari sudut marketing, etika periklanan, kemanusiaan, aji-mumpung, pamor, wibawa dan sebagainya. Silakan di-google saja, akan muncul sebanyak 2000-an artikle yang memuat tentang iklan Mbah Maridjan.
.
Sebetulnya enggak pengen ikut-ikutan menganalisa keberadaan Mbah Maridjan di layar iklan ini. Namun, kok sedikit terganggu dengan pernyataan Mbah Maridjan yang aku kutip dari sini:
.
''Gih kulo remen kemawon, ning kulo mboten nyongko nek ajeng disiarke wonten
tivi (Ya saya senang saja, tetapi saya tidak tahu kalau akan disiarkan di
televisi),'' tutur dia ketika ditanya wartawan.
.
Apakah ini maksudnya Mbah Maridjan enggak ngerti kontrak iklannya adalah iklan di layar televisi? Atau Mbah Maridjan enggak dijelaskan untuk konsumsi siapa iklan yang dibintanginya? Kok ya iklan obat kuat yang diterima, bukan iklan obat sakit kepala, anti nyamuk, atau iklan layanan masyarakat. Apa ya yang di benak Mbah Maridjan ketika menandatangani kontrak iklan ini? Apakah hanya segepok uang yang bisa diamalkan ke tetangga dan sekitar?
.
*mringis*

07 August 2006

Parkir Sepeda

.
Beberapa menit yang lalu, aku parkir sepeda di depan electircal engineering building, lower campus. Aku datangnya udah siang banget dan praktis parkiran sepeda yang cuma berkapasitas 8 sepeda itu sudah penuh, terisi oleh sepeda2 yang hampir sama setiap harinya (dengan posisi yang hampir sama juga, hiks!).
.
Baru aja belok ke parkiran, aku kaget banget ada satu sepeda yang kedua ban-nya enggak ada. Setelah aku cermati, ternyata kunci pengaman sepeda itu cuma mengaitkan batang sedel dengan bayangan tempat parkir sepeda yang telah disediakan. Masuk akal deh kalo si pencuri dengan mudahnya ngambil ban sepeda tersebut. Tapi yang lebih tidak masuk akal lagi, parkiran itu posisinya di main walk, jadi jalan di depan parkiran tersebut rame banget dilalui students. Kalo di tempat yang rame aja sepeda bisa dicuri atau dengan kata lain nyuri sepeda di tempat rame itu gampang, apalagi di tempat yang sepi, kayak parkiran di upper campus. Sedemikian tidak perduli-nya-kah orang2 yang lewat parkiran yang pasti terlihat olehnya yang lewat situ? Terlalu pinterkah si pencuri sehingga bisa bongkar dua ban sepeda tanpa ada yang curiga?
.
Belajar dari kejadian ini, kayaknya aku gak boleh males ngunci sepeda dengan mengaitkan kabel pengunci dari ban depan, diuntir di batang sedel, dikaitkan dengan ban belakang, dimasukkan ke lubang helm dan pastinya juga dikaitkan dengan tiang besi, entah standar di parkiran, pager ataupun tiang. Repot sih dan emang sepedaku ini gratis dari temen. Namun, semenjak sepeda ini sering ngantar aku ke mana2 (dari pada jalan kaki), rasanya sayang banget deh kalo diambil pencuri. Dari pada diambil sama pencuri kan mending entar dikasihkan ke temen atau dijual kan dapat uang, lumayan dong... siapa sih yang gak mau uang ekstra!
.
Namun sepertinya cara penguncian tersebut belum seratus persen aman, karena bisa aja to si pencuri ngambil lampu sepeda, sedel, setang atau bahkan rantainya saja!! Duh... piye iki?
.
Say something when you see something please....

02 August 2006

Lagi Apes

.
Beberapa kali aku apes di tempat kerja. Beberapa hari weekend itu kita sibuk banget kebanjiran konsumen, dan payahnya lagi mereka kebanyakan weekday people, sehingga minta sameday service dg alasan kalo order selesai di weekday, mereka gak punya waktu untuk ngambil atau ada juga yg alasannya keburu mau dipake di kondangan. Halah! Lebih payahnya lagi, bosku ngasih mereka a few hours service meskipun kita sibuk, dengan alasan menghargai konsumen! Iya sih, tapi lihat deh masalah yg muncul....
.
Hari-hari itu kita, si-bos dan aku, berbagi tugas. Dia sebagai fitter, aku yg memasukkan data konsumen ke database. Pakaian yg sudah di-pas diserahkan ke aku untuk dicatat detil konsumen, jam selesai beserta harga permaknya. Setelah docket diserahkan ke konsumen, tembusan docket dipin ke pakaiannya dan seharusnya langsung diurutkan ke hanger di dalam ruang workshop untuk segera ditindaklanjuti oleh penjahit. Karena konsumen sudah ngantri sampe keluar konter, dengan instruksi dari si-bos, pakaian2 yg sudah masuk cuma dimasukkan ke tas diletakkan di belakangku dulu (diatur nanti) untuk menghemat waktu supaya konsumen segera pergi (baca: dilayani). What a terrible idea! Sebagai bawahan yg baik, sudah menjadi peraturan kalo aku cuma harus nurut. Kalo enggak nurut, bisa2 omelan yg lain akan muncrat! Maklumlah, lagi2 cuma bawahan!
.
Masalah yg muncul adalah setelah konter sepi, aku jadi sibuk nge-hanger pakean2 tsb dan harus memastikan jumlah/jenis pakean dan docket dg completely correct. Kerjaan ini ngabis2in waktuku aja. Lebih cepet (dan pasti bener) kalo pakean masuk lgsg dihanger dan pasti lgsg bs diurutkan dg benar! Dan lagi, saat konter sepi seharusnya aku bekerja di dalam workshop untuk ngatur pakean mana yg mesti dikerjakan dan mana yg sudah selesai. Yg ini lebih memakan waktu daripada kerjaan di depan. Akibatnya, aku sering pulang terlambat. Iya sih dapat uang tambahan, tapi capek n nyebelin! Terus mood jd jelek! hiks.. hiks..
.
Yang kedua, dengan alasan sudah kenal dekat sama pelanggan, si-bos tidak mengeluarkan docket utk mereka. Si-bos cuma membawanya masuk ke dalam dan entah gimana dia ngasih instruksi tdk tertulis kepada penjahit. Ini sering terjadi ketika aku sibuk dg konsumen lain atau aku sedang ke ngurus order di konter2 baju lain. Kadang2 dia langsung ngasih order itu ke penjahit (ini bagus) atau cuma dia gantung seenaknya (ini payah!). Lebih payah lagi, seringkali, si bos lupa dimana dia naruh pakean tsb! Ini yg paling sering bikin masalah.
.
Masalahnya muncul ketika pemilik pakean datang. Karena gak ada docket aku gak bs ngelacak dimana/yang mana pakean dia berada sehingga aku nanya ama si-bos ttg konsumen langganannya ini. Payahnya, si-bos malah nanya balik ke aku dimana pakean tsb berada. "Which garment you're talking about?" Huh! Dia ngomel2 sambil idunya muncrat: "You have to bring the garment inside, you must hang it up and put on the right place, directly! you know what is the meaning of must? it is compulsory! and directly! you know, don't wait...bla...bla...bla..." Aku jawab: "What? I always do what I must do. I have no idea about your customer", lalu ngacir nyari2 barang tsb soalnya kalo ngomong2 deket ama si-bos bisa kecipratan idunya. ih... aku pernah dua kali kena cipratan, iiiihh.... jijik tenan!
.
Ah... apalah arti diriku yg cuma buruh dia! Tetep aja dia kekeh aku yg salah. Demi konsumen, aku nyari-nyari dimana pakean itu berada. Dan seringkali aku nemuin orderan itu ngonggok di dalam tas di bawah meja, di bawah gantungan baju, dsb di tempat2 yg unbelieveable! Dan setelah barang itu tak temuin, eh bukannya tengkyu atau minta maaf... dia cuma bilang: oh..yes yes that's the one! Dalam hatiku: cuih!
.
Yang ketiga, berkaitan dengan sameday service. Order yg beberapa jam jadi ini harus diberi cap "urgent" di docketnya dan jam yg tertulis di docket harus benar. Kalo pas aku gak di konter, lagi nglayani konsumen yg lain entah yg ambil atau ngepasin baju, kadang si bos yg entry data ke komputer. Dia seringkali, lupa! peraturan yg dibuat dia sendiri bahwa order sameday service mesti dicap "urgent". Dan malangnya diriku, dia cuma ngonggokin order2 itu seenaknya dan akhirnya aku yg mesti ngurus. Mana aku tahu order urgent atau tidak kalo di docketnya gak ada cap tsb! Dan tentunya aku ngurutin order sesuai perintah di docket. Dari sini muncul masalah, konsumen datang dan order belum selesai! Bahkan masih nyari2 dulu dimana barangnya. Duh biyung....
.
Masalah yg lain berkaitan dengan sameday service, misalkan dijanjikan 2jam jadi, pakean yg tadinya kelihatan mudah ternyata susah dipermak sehingga butuh waktu lebih lama, kadang2 penjahit salah jahit sehingga bongkar ulang lagi dan terjadi juga penjahit lupa ngerjain barang urgent itu, eh malah ngerjain yg lainnya!!! Order belum selesai gak cuma terjadi di barang sameday service. Ada juga pakean yg dijanjikan beberapa hari juga belum jadi. Bukan salah penjahitnya sih... Hampir semua hasil kerjaan mereka bener2 perfect. Tapi, jumlah penjahit dan order tdk seimbang. Selain itu, interupsi dari orderan urgent jg bikin delay orderan hari-hari sebelumnya. Duh, si bos emang gak rasional banget deh! Dia tuh gak bisa (baca: mau) nolak order datang meskipun di dalam para penjahit sudah overwhelmed! Malah kalo aku nolak order sameday service, aku yg diomelin. Katanya, enggak apa2 bisa kita atur, kita harus menghargai konsumen sudah datang..bla..bla..bla.. idunya muncrat lagi deh!
.
Masalah berikutnya berkaitan dg order yg belum jadi. Sudah jadi tugasku melayani konsumen, dan dasar aku orang jujur, aku bilang apa adanya kalo pakean belum selesai kira-kira masih setengah jam lagi baru selesai dan semacamnya. Sebelnya kalo si bos ngasih aku instruksi, tolong bilang ke konsumen kalo pakean dia selesai 5 menit lagi (padahal pakeannya baru dicari dimana tempatnya) atau pakean dia baru disetrika beberapa menit lagi jadi (padahal baru mulai dipotong) atau bilang kalo bajunya dikerjain si-bos di rumah dan lupa dibawa ke konter (padahal emang belum dikerjain) dan sebagainya. FYI, si bos terkenal jahitannya bagus n profesional (lebih dari 20 tahun pengalaman njahit prof), jadi konsumen yg tahu mesti seneng kalo yg ngerjain si-bos sendiri; tapi bagiku, huh..!! Lanjut lagi, aku beruntung kalo kemudian konsumennya ramah terus tak ajak ngobrol (sambil relax) atau dia malah pamitan mau pergi belanja dulu dan balik sekitar dua jam lagi. Fyuh...
.
Tapi, kadang2 konsumen sampe balik lagi order dia belum selesai! Atau kalo pas lagi apes, si konsumen buru2 karena waktu parkir dia udah habis atau apa lah alasan buru2, mereka terus marah2 ke aku... gimana sih kok belum jadi?? kamu janjinya ini dan itu.... Mesti ngomong apalagi coba kalo konsumen udah kek gini. Enggak cuma konsumen perorangan, konsumen toko2 baju jg. kadang2 aku disuruh bilang maaf bajunya salah kirim ke toko yg lain, padahal barangnya belum dikerjain ama dia, dsb. Dalam hatiku, huh huh huh.... ini ulah si bos bikin masalah terus!!!!
.
Para penjahit tahu kalo aku sering 'kres' ama si bos. Yg kena idu muncrat gak cuma aku aja soalnya, para penjahit juga sering dimarahin kalo ada order belum jadi atau salah model. Para penjahit pernah nanya ke aku, kok enggak kerja fulltime aja biar tiap hari di sini supaya si-bos enggak ce-ce-cue ribut bikin sakit kepala enggak konsen njahit. Katanya kalo enggak ada aku, enggak ada yg mbantuin si bos di konter depan atau ngatur order, jadi sering banget dia ribut gak karuan ngomel sana sini. Apalagi kalo ada pakean yg nyelip alias si bos lupa naruhnya dimana. Hah? kerja fulltime? aku aja kepikiran mau keluar! Rasain deh kalo aku keluar, kamu bakal merasa kehilangan seorang pekerja yg rajin, cekatan, nemuin barang2 yg hilang dan yg penting lagi PENURUT habis!!!! Aku smpahin enggak dpt ganti pekerja kek aku!!!! (hiks... cuma dibatin aja sih! dasar chicken!!).
.
Administrasi di tempat kerjaku ini kacau banget. Awalnya aku idealis mau ngrapiin dikit2. Tapi udah 5 bulan berjalan, administrasinya enggak banyak berubah. Paling aku cuma bisa meminimalkan konsumen marah2 di konter karena pakean mereka belum selesai. Bukan cuma administrasi yg enggak rapi, tp jg karena aku kadangkala (eh sering ding..!) disuruh bohong ke konsumen. Meskipun cuma bohong 5 menit menjadi 1 menit atau bohong kalo si bos enggak masuk kerja. Selanjutnya, aku juga enggak bisa berpendapat ke si bos ttg administrasi, apalagi ttg perbuatan dia salah tapi menyalahkan orang lain (orang lain ini siapa ya? :)). Kadang egoku muncul, aku ini sarjana, cum laude, dosen, dan sebagainya. Aku gak goblog2 amat lah! Seenaknya aja nyalah2hin aku. Mentang2 udah punya usaha sendiri. Emang udah hebat gitu! huh! hehehe....
.
Hayooo.... siapa yg mau nggantiin posisiku? Bayarannya lumayan loh dibanding kerjaan casual lainnya.... :)