Sepertinya ada suatu energi yang bergejolak di tubuh ini, terutama di hati ini. Energi yang menginginkanku untuk kembali ke suatu masa dimana aku bisa merasakan kasih sayang yang tulus. Seseorang yang dengan tulus mencurahkan pengorbanannya, merelakan hak miliknya, menekan keinginannya maupun membuang rasa irinya. Tidak lagi mempedulikan bahwa dia sendiri mempunyai hak atas kebahagiaaan yang diperolah oleh orang lain. Justru dia dengan ikhlas mengantarkan kebahagiaan kepada orang lain, meskipun itu sulit atau bahkan bertentangan dengan kebahagiaan yang diinginkannya.
Dia adalah ibu dan ibunya ibuku. Dua makhluk perempuan inilah yang mempunyai tempat tersendiri di hatiku. Gejolak dalam diriku saat ini sangat ingin sekali memaksaku untuk kembali ke masa-masa bersama mereka dan seandainya saja aku bisa menghadirkan apa yang telah aku raih saat ini dihadapan mereka sebagai hasil dari pengorbanan kebahagiaan mereka untukku. Seandainya aku bisa memeluk lagi tubuh-tubuh mereka yang selalu melepasku dengan uraian air mata, aku ingin sekali mengatakan bahwa aku pergi untuk membawakanmu mimpi yang indah, sesuatu yang akan kamu banggakan dan bahwa pengorbananmu tidak akan sia-sia. Bahwa jangan ada lagi kepedihan dalam hidupmu.
Seandainya aku tau kepergian mereka akan demikian cepat... Seandainya aku tau bahwa aku akan merindukan mereka seperti ini, mungkin aku memilih untuk selalu tetap di sampingmu. Minum teh hangat setiap pagi dan sore bersama. Mengantarkanmmu dengan naik becak, jalan kaki atau kuboncengkan sepeda motor, ke pasar, tukang jahit ataupun cari hutangan di bank dan ke pegadaian. Juga bersama setiap saat di dapur meskipun tidak selalu kita tertawa bersama, tidak selalu bicara hal-hal yang indah...
Ah... mungkin juga tidak... Aku masih ingat senyum kebahagiaan mereka ketika aku memberikan hadiah keberhasilan itu kepada mereka. Aku masih bisa merasakan peluk eratnya waktu itu. Aku masih bisa mendengarkan mereka mendengungkan keberhasilan itu ke teman-teman sejawatnya. Keberhasilan yang mungkin tidak pernah aku capai jika aku tetap di sana meskipun selalu di sisi mereka. Sesuatu yang lain yang tidak bisa dihadirkan oleh anak-anak mereka yang lain. Sesuatu yang aku tau yang mereka inginkan namun tidak mungkin mereka raih sendiri...
Namun aku tetap punya keinginan itu, mengulang sekali lagi masa-masa bersama mereka. Menjalani hidup senang dan sedih bersama dengan ketulusan dan keserhanaan. Kangen ini lebih dari kangen yang dulu. Dulu, ketika aku tau bahwa jika aku pulang akan ada mereka. Yang meskipun sesaat aku masih bisa melepas kangen. Aku masih bisa minum teh hangat buatannya, mengantarkan mereka ke pasar, tukang jahit, bank atau pegadaian dan juga bersama setiap saat di dapur untuk mecurahkan isi hati, keresahan, ketakutan dan kepedihan hidup. Kangen...