28 March 2006

Work Permit

Either part-time working for students or full-time working for dependent students is most likely such a great chance to both reach extra money (that it is possible more than your stipend) and enhance capability (as we communicate with native speakers or learn job’s environment). However, getting 'work permit' particularly for non-resident in Australia could be a tricky task. A friend said it only needs a few days but the other friends said it spent almost one month.

The office which organizes this business is named DIMIA (Department of Immigration and Multicultural Affairs). For students in New South Wales, it is at 26 Lee Street, Sydney. Just a few minute if you’re walking from central railway station.

Basically, there are two options to apply work permit, one is online application through logging on to DIMIA ‘s website: http://www.immi.gov.au/e_visa/students.htm and the other is postal application.

First of all, students, who want to get permission for work, need to have a statement letter from Student Advisers confirming that the students have commenced your studies. If students want to apply work permit via post, s/he needs to download the application form at the DIMIA’s website. If so, the student advisers must complete the form and you send it to DIMIA office as attachment of your application form. Probably, DIMIA need at least two week working days to process your application. I say, don’t let yourself wait for this little thing.

Otherwise, if you want to apply online, you do not need to download the form. Once the advisers issue the statement online, you can apply ‘permission to work’ via online as well. As far as I concern, this is the easiest and quickest way because it should only spend 24 hours.

Afterwards, DIMIA will issue a letter confirming that your application is already approved and post it to you. This may spend one or two days as well. However, you can ask DIMIA officers via telephone (131881) about this approval, 24 hours after you submit your online application though. I recommend you to do direct contact, so in case of any mistakes, we can cope it soonest.

Once you get approval, you should directly go to DIMIA office to get the new visa label. Before go ahead, check the DIMIA’s working hours and don’t come near closing time, because usually, DIMIA get such a long line of immigrants. You need also check your new label and make sure that your new visa label is what you are.

This is not a big staff but sometimes it is tricky and takes much time. Prepare your self to pass the quickest procedure so that you can get it as soon as possible because the real big staff is applying job.

16 March 2006

Patung bergambar "reog"

Sewaktu jalan-jalan ke darlinghurst, 11 maret 2006, gak sengaja kita lihat berjajar-jajar patung-patung seperti badut gendut setinggi 2 meteran terbuat dari clue, tapi kok berwajah 'bear' ya?? hehe... selidik punya selidik, ternyata setiap patung mewakili negara-negara anggota UNICEF, sekitar seratusan gitu.... Patung-patung ini menyampekan pesan 'peaceful coexistence, tolerance and international understanding'. Setiap negara melukiskan artistik yang berbeda-beda di setiap patung, dan umumnya menggambarkan ciri khas negara. Penasaran nih menelusuri patung demi patung dan akhirnya ketemu juga bendera Indonesia... dan seperti ini nih patungnya:

Image hosting by Photobucket

Btw, ini reog-nya Bali kan... namanya apa ya? kok aku blank kek gini ma negara sendiri.... hiks.... payah.... nasionalismeku udah luntur nih... apa udah mulai tua ya?? whatever!!

Young couple in their first weekend in Sydney

Image hosting by Photobucket


Image hosting by Photobucket


(sing moto gantian...hehe...)

08 March 2006

Malam terakhir

Perjalananku untuk bisa settle di eastern suburb NSW ini menuai banyak sekali cerita. Kalo ingat, waktu sehari untuk melamunin itu mungkin enggak cukup. Ada sedih dan ada senang. Tidak terasa hari ini aku menginjak minggu kedelapan, sejak kedatanganku pertengahan januari lalu. Waktu memang betul-betul relatif. Sebelum berangkat, membayangkan akan menjalani program master 25 bulan seakan-akan mau berpisah dengan yang terkasih selama 25 tahun saja. Setelah sampai di oz, membayangkan menunggu 2 bulan kedatangan pendamping, seakan-akan masih 2 tahun lagi, sehingga waktu itu aku memutuskan untuk mencari tempat tinggal temporary bulanan biar stipend gak kebobolan. Seminggu pertama aku ngekos di rumah mbak Katrin, seorang ibu yang cerdas di Kennedy street, Kingsford dan beberapa minggu berikutnya aku ngekos di Brown road, Maroubra, flatnya Puspa, cewek hitam manis masih muda banget, yang sangat potensial dan mantep menjalani hari-harinya. Hari-hari bersama mereka menyisakan pengalaman dan kesan yang sangat berarti untuk dikenang.

Tidak disangka, waktu yang diharapkan telah tiba. Sekarang aku udah settle di permanent unit, di Anzac Pde, Kingsford. Lokasi yang dikenal dengan kampung melayu. Di sana sini yang terdengar orang berbicara Mandarin, Korean, Japanese, Indonesian atau Asian lainnya. Nggak terasa tinggal di western culture. Selain itu, banyak toko-toko, tempat yang paling enggak aku suka. Namun bisa menjadi tantangan sih buatku, hehe... Yang terpenting adalah accessable, mengingat pendampingku nanti, mungkin akan mengalami culture shock yang lebih berat dariku. Mudah-mudahan cepet adjustingnya.

Yah, setelah beberapa hari ini aku tinggal sendirian, capek ngurus-ngurus segala macem mulai dari rent, electricity, telepon, internet dan lain-lain, akhirnya malam ini dia berangkat ke sydney. Dengan garuda, take off dari Jogja jam 19.55 WIB melalui Denpasar jam 23.55. Semoga besok garuda telatnya gak kebangeten (kok underestimate!!), hehehe.... asiiikkk....besok ketemu papah....

Harbour Cruise


Harbour Cruise, 22 January 2006, organised by International Student Service, The University of New South Wales

04 March 2006

Meeting untuk esperimen pertamaku

Hari ini aku meeting pertama (meeting bener2 serius maksudnya) dengan supervisorsku. Sebelumnya sih udah pernah meeting tapi meeting yang sekarang tentang penentuan eksperimen pertamaku di research kali ini.

Rencananya aku akan melakukan 3 eksperimen di kelas. Lokasinya di Indonesia, oleh karena itu aku pengen pilot study dulu di suatu kelas di sydney tentang bagaimana melakukan eksperimen, karena jangan sampe gagal deh... (Mudah-mudahan lancar... amiiinnn). Kalo gagal, ga kebayang gimana ngulangnya! enggak seperti di laboratorium kimia ato fisika kali ya... di sini yang dieksperimen siswa. Selain birokrasi di Indonesia yang lumayan kadang2 'menyusahkan', juga karena waktu yang diperlukan lama, harus menyesuaikan dengan pelajaran yang sedang dilakukan di kelas, biaya (scholarshipnya kan terbatas, hiks...hiks...) dan tentu saja tenaga. Males banget lagii....

Supervisorsku juga agak2 wonder gitu, soalnya selama ini pengalaman penelitianku lebih banyak ke penelitian kualitatif. Pernah juga penelitian kuantitatif namun hanya sebatas survey/eksplorasi, jadi gak sampe make statistik inferensi. Untungnya aja matakuliah di Pendidikan Matematika UNY banyak matematika (cukup ilmu statistik) yang wajib, jadi so far ngerti lah teorinya eksperimen. Namun, tau kan... praktek dan teori tidak selalu senada. Fyuh...sementara aman... btw, honestly speaking, aku nerveous! selain teori yang mau diuji completely new buatku, meskipun udah 20-an tahun diuji dengan berbagai penelitian. Antara yakin dan tidak yakin... namun harus yakin, :P

Tantangannya mungkin adalah management waktu. Supervisorku mengaskan banget bahwa sepertiga dari waktuku adalah thesis, karena aku ambil dua courses di session ini, dan tahun depan harus total di thesis. Namun, weekend tetep untuk holiday-lah dan he says: "don't worry, I'll assist you. Any qustion, just drop in anytime!". Pas meeting tampangnya serius gitu, tapi sebetulnya nyante juga sesudahnya... dan dia itu kebiasaan deh, cuma pake sendal jepit n celana gantung di kampus. Fenomena yang gak mungkin banget di Indonesia, hehehe....

Aku sedang memikirkan aku

Mungkin karena aku dilahirkan dari keluarga pas-pasan ya? Atau aku emang orangnya pelit? Atau aku ini kikir? Ah kok underestimate ma diri sendiri… katanya gak baek untuk kecantikan… hehehe….:P

Barangkali aku ini tipe perfectionist. Segala sesuatunya harus terencana dan detail. Tapi apakah hanya itu saja? Bisa jadi pula aku ini kombinasi perfectionist dan ambisius. Kadang aku punya keinginan yang sepertinya ngimpi di siang bolong aja ato lamunan aja. Namun, keinginan itu benar2 kemudian kebawa-bawa hamper di setiap lamunan dan mimpi (heh…seremnya!) dan di relung hatiku selalu mendorongku perlahan-lahan untuk menggapainya. Kadang capek….susah banget….perlu perjuangan yang gak gampang.... Berani bertanya, berani malu, berani berkorban, berani ambil resiko, berani disakiti hati, berani menjatuhkan gengsi, berani memulai, dan jangan sampe lupa berdoa. Kadang bertanya-tanya sendiri, am I really on my track?

Kadang air mata mengalir di antara malam, kadang muka masam, tampang jutek dan gaya cuek menampang di antara keramaian, dan yang selalu, aku ini pasrah dan nerimo. Ya sudahlah yang terjadi biar terjadi…. Yo uwislah…. Kata2 yang sering tersisipkan di antara langkah2ku.
Loh, ternyata aku ini gak cuma perfectionist dan ambisius to… ternyata aku ini juga perceiver. Heemmm…. Sepertinya kombinasi yang lumayan… (ceilee…hiks…hiks)

Kenapa sekarang aku berfikir aku ya?

Tadinya aku sedang entry data my outcome today, kerjaan rutin saben hari. Setelah membuka file-file account di ms excelku, hitung-menghitung rasanya hati ini jadi nyesek… pengen banget bisa nabung kok gak ngumpul2 duwite. Keinginan nabung dan keinginan menikmati hidup sesaat agak ga gampang diseimbangkan.

Aku ngimpi dalam dua ato tiga tahun nanti aku gak hanya punya uang buat buka usaha, entah jadinya bengkel mobil ato konveksi, juga jika mungkin pengen ngasih hadiah buat ibuk, ongkos naik haji. Kenapa buat ibuk, kan aku sendiri butuh modal untuk hidup dan juga pergi haji? ya pengen aja boleh dong...

Historically, ibuk dan bapakku cuma pegawai negeri, sudah pasti tidak pernah mencukupi dan melebihi materi untukku. Selama ini aku kerja dan nyari beasiswa untuk kuliah. Selama sekolahpun, tidak pernah dapat uang saku, tapi aku survive, fine dan tetep happy selama sekolah dan kuliah meskipun hidup secara materi susah. Karena orang tuaku, terutama ibuk, memberi kasih sayang, perhatian dan terutama doa. Sederhana saja apa yang mereka lakukan untk anak2nya: menyuapi makan, ngobrol sambil nonton tv, ngerumpi dan duduk-duduk di taman/teras, olah raga bareng, foto-foto, mematikan lampu kamar dan menyelimuti badan jika tidur malam, menengok di tengah malam, membangunkan pagi dengan dibelai-belai, memijiti kalo capek, membuatkan teh anget TIAP pagi dan sore, memasakkan air anget untuk mandi, menjahitkan baju, memberikan contoh gimana cara bersosialisasi di masyarakat, merayakan ulang tahun, bersih-bersih rumah bareng, makan-makan bersama meskipun hanya nasi sambel dan tempe goreng (dduuh…pengeen….) dan sebagainya. Heemmm hal2 kecil yang mungkin orang tua2 yang laen juga melakukannya seeehhh, tapi entahlah, setelah harus hidup di kota lain, rasanya hal2 itu sangat berharga…

Kenapa yang dikasih onh hanya ibuk saja, bukan bapak? Seandainya bisa ya dua2nya, tapi ya realistis sajalah, aku ini juga pegawai negeri yang miskin, hehe….
Emmm jika emang harus memilih, emang ibuk yang diutamakan. Beberapa alasan seperti karena bapak tidak akan menjadi seperti sekarang kalo tidak ada ibuk, karena ibuk mendedikasikan seluruh raga, perasaan dan harapan hanya untuk keluarga dan tidak hanya untuk dirinya sendiri, karena bapak masih bisa marah dengan keegoisan sebagai bapak, dan karena aku salut, ibuk selalu nerimo dengan optimis, tidak pernah marah serta ibuk berhasil menyatukan seluruh keluarga dengan kelembutan hati, meskipun sekarang kita terpisahkan oleh jarak, tapi hati ini masih berpautan.

Ternyata aku mungkin juga seorang yang hatinya mudah tersentuh.

03 March 2006

reflection

melanjutkan posting sebelumnya,

bisa jadi itu emang stupid question. gak mungkin supervisor menjawab semua pertanyaan ketidaktahuanku yang mana jawabannya sebetulnya bisa dicari di jurnal2 ato buku. proses pembelajaran sebagai research student ya mungkin di sini ini... independent learning...
ntar kalo udah blank kali ya... baru memfungsikan supervisorku, :P he's very nice supervisor.. pinter n humoris lo...

tapi, emang sih dari buku2 yang aku baca bilang kalo pendekatan kuantitatif atau kualitatif masing2 punya kelemahan yang seimbang untuk diterapkan di bidang pendidikan dan psikologi. pendekatan kuantitatif dikatakan lemah karena dalam bisang itu, sulit sekali mengontrol variabel2 yang satu sama lain saling mempengaruhi secara simultan, sehingga bisa mengakibatkan bias dalam analisis statistiknya. Mungkin lebih cocoknya dengan pendekatan kualitatif, namun kelemahan sekarang berada pada instrumennya yang cenderung subjektif, jadi perlu analisis validitas dan reliabilitas yang ketat. In fact, manusia kan makhluk yang bisa melakukan interpretasi dan sangat mungkin cognitive domainnya secara aktif berkembang. susah juga... ada lagi yang mengajukan mix-approach, untuk bidang-bidang tersebut dikatakan lebih berbobot menggunakan pendekatan kualitatif supported by quantitative data. Toh meskipun menggunakan pendekatan kuantitatif murni di bidang2 ini, gak mungkin tidak, pada akhirnya perlu dibumbui dengan pemaknaan yang subjektif pula.
So, in my view, mungkin pilih enaknya aja ya... maksudnya yang menguntungkan di dalam menjawab pertanyaan penelitian, namun tetep mengikuti kaidah ilmiah dan kode etik penelitian dong... kalo pengen hasilnya diakui oleh publik.

untuk referensi lebih lanjut, baca buku2 dengan keywords: behavioural research, educational researchstatistic for education&psychology or qualitative approach