Mungkin karena aku dilahirkan dari keluarga pas-pasan ya? Atau aku emang orangnya pelit? Atau aku ini kikir? Ah kok underestimate ma diri sendiri… katanya gak baek untuk kecantikan… hehehe….:P
Barangkali aku ini tipe perfectionist. Segala sesuatunya harus terencana dan detail. Tapi apakah hanya itu saja? Bisa jadi pula aku ini kombinasi perfectionist dan ambisius. Kadang aku punya keinginan yang sepertinya ngimpi di siang bolong aja ato lamunan aja. Namun, keinginan itu benar2 kemudian kebawa-bawa hamper di setiap lamunan dan mimpi (heh…seremnya!) dan di relung hatiku selalu mendorongku perlahan-lahan untuk menggapainya. Kadang capek….susah banget….perlu perjuangan yang gak gampang.... Berani bertanya, berani malu, berani berkorban, berani ambil resiko, berani disakiti hati, berani menjatuhkan gengsi, berani memulai, dan jangan sampe lupa berdoa. Kadang bertanya-tanya sendiri, am I really on my track?
Kadang air mata mengalir di antara malam, kadang muka masam, tampang jutek dan gaya cuek menampang di antara keramaian, dan yang selalu, aku ini pasrah dan nerimo. Ya sudahlah yang terjadi biar terjadi…. Yo uwislah…. Kata2 yang sering tersisipkan di antara langkah2ku.
Loh, ternyata aku ini gak cuma perfectionist dan ambisius to… ternyata aku ini juga perceiver. Heemmm…. Sepertinya kombinasi yang lumayan… (ceilee…hiks…hiks)
Kenapa sekarang aku berfikir aku ya?
Tadinya aku sedang entry data my outcome today, kerjaan rutin saben hari. Setelah membuka file-file account di ms excelku, hitung-menghitung rasanya hati ini jadi nyesek… pengen banget bisa nabung kok gak ngumpul2 duwite. Keinginan nabung dan keinginan menikmati hidup sesaat agak ga gampang diseimbangkan.
Aku ngimpi dalam dua ato tiga tahun nanti aku gak hanya punya uang buat buka usaha, entah jadinya bengkel mobil ato konveksi, juga jika mungkin pengen ngasih hadiah buat ibuk, ongkos naik haji. Kenapa buat ibuk, kan aku sendiri butuh modal untuk hidup dan juga pergi haji? ya pengen aja boleh dong...
Historically, ibuk dan bapakku cuma pegawai negeri, sudah pasti tidak pernah mencukupi dan melebihi materi untukku. Selama ini aku kerja dan nyari beasiswa untuk kuliah. Selama sekolahpun, tidak pernah dapat uang saku, tapi aku survive, fine dan tetep happy selama sekolah dan kuliah meskipun hidup secara materi susah. Karena orang tuaku, terutama ibuk, memberi kasih sayang, perhatian dan terutama doa. Sederhana saja apa yang mereka lakukan untk anak2nya: menyuapi makan, ngobrol sambil nonton tv, ngerumpi dan duduk-duduk di taman/teras, olah raga bareng, foto-foto, mematikan lampu kamar dan menyelimuti badan jika tidur malam, menengok di tengah malam, membangunkan pagi dengan dibelai-belai, memijiti kalo capek, membuatkan teh anget TIAP pagi dan sore, memasakkan air anget untuk mandi, menjahitkan baju, memberikan contoh gimana cara bersosialisasi di masyarakat, merayakan ulang tahun, bersih-bersih rumah bareng, makan-makan bersama meskipun hanya nasi sambel dan tempe goreng (dduuh…pengeen….) dan sebagainya. Heemmm hal2 kecil yang mungkin orang tua2 yang laen juga melakukannya seeehhh, tapi entahlah, setelah harus hidup di kota lain, rasanya hal2 itu sangat berharga…
Kenapa yang dikasih onh hanya ibuk saja, bukan bapak? Seandainya bisa ya dua2nya, tapi ya realistis sajalah, aku ini juga pegawai negeri yang miskin, hehe….
Emmm jika emang harus memilih, emang ibuk yang diutamakan. Beberapa alasan seperti karena bapak tidak akan menjadi seperti sekarang kalo tidak ada ibuk, karena ibuk mendedikasikan seluruh raga, perasaan dan harapan hanya untuk keluarga dan tidak hanya untuk dirinya sendiri, karena bapak masih bisa marah dengan keegoisan sebagai bapak, dan karena aku salut, ibuk selalu nerimo dengan optimis, tidak pernah marah serta ibuk berhasil menyatukan seluruh keluarga dengan kelembutan hati, meskipun sekarang kita terpisahkan oleh jarak, tapi hati ini masih berpautan.
Ternyata aku mungkin juga seorang yang hatinya mudah tersentuh.
No comments:
Post a Comment