Kurang satu Kurang shubuh
.
Institusi pendidikan pada umumnya menggunakan penilaian angka (kuantitatif) dan alfabet (kualitatif) sekaligus. Untuk mengintepretasikan angka ke alfabet, ada dua sistem penilaian yang dapat diacu yaitu sistem penilaian acuan normal (PAN) dan sistem penilaian acuan pokok (PAP).
.
Kedua sistem ini mengasumsikan bahwa data nilai di suatu kelas menyebar mendekati distribusi normal. Kurva distribusi normal berbentuk seperti lonceng. Kurva tersebut menggambarkan bahwa sebaran nilai pada keadaan normal adalah berfrekuensi tinggi untuk nilai di sekitar nilai tengah dan sebaliknya untuk nilai mendekati nilai paling rendah dan nilai paling tinggi.
.
Pada PAN, ditentukan terlebih dahulu presentase dari setiap nilai alfabetnya kemudian nilai diambil dari data faktual di suatu kelascdiurutkan dari terendah sampai tertinggi untuk menentukan range nilai dari setial tingkatan nilai alfabet yg telah ditentukan. Sedangkan pada PAP, range (bhs indonya apa ya? kisaran bukan?) nilai sudah ditentukan berikut tingkatan nilai alfabetnya.
.
Sebagai gambaran (smg memperjelas), nilai alfabet yg digunakan di hampir semua PT di Indo adl (urut dari tinggi ke rendah) A, B, C, D, dan E. Apabila penilai menggunakan PAN, penilai menentukan terlebih dahulu berapa persen yg dapat A, B, C dst dengan mengacu pada distribusi normal. Misalnya, 15% A, 25% B, 35% C, 15% D dan 10% E. Menggunakan acuan ini, maka 15% siswa dg nilai tertinggi akan mendapatkan predikat A di kelasnya, 35% siswa mendapat nilai C dst. Fairnya sih dg menerapkan teorinya peluang distribusi normal dg menghitung rata-rata dan standar deviasi misalnya, jadi enggak asal menentukan persentase.
.
PAP umumnya ditentukan terpusat oleh suatu institusi. Jadi semua penilai di bawah naungannya mesti mengikuti acuan tersebut. Contoh dari PAP adl 85 - 100 A, 75 - 84 B, 50 - 74 C, 40 - 50 D, dan 0 - 40 E. Acuan ini bervariasi, tergantung institusinya. Banyak juga yg memperluas tingkatan kualitatif ini dengan tambahan indeks "+" atau "-" sehingga ada B+ atau C- (fuzzy!). Kalo di luar negeri kebanyakan predikatnya HD (high distinction = exceptional quality), D (distinction = excellent), Cr (credit = good), Pass (adequate) dan Fail (ya fail = gagal).
.
Mana yg lebih menguntungkan? Kalo pake PAN, meskipun nilainya cuma 60 kalo ini masuk persentase nilai tertinggi di kelas kan nilainya tetep A, hahaha.... Tapi, eits... cuma A di kelas tsb, gak bisa disejajarkan dengan A di kelas lain. Bisa juga, satu kelas nilai terendahnya 70 (uh...tesnya gampang bgt nih!) jadi meskipun dapat nilai 72, predikatnya D, misalnya! Karena kelemahannya ini, PAN umumnya digunakan untuk menilai hasil semacam tes seleksi. Umumnya, institusi pendidikan menggunakan PAP, sehingga nilai siswa di satu kelas dengan kelas yg lain punya standar yg sama, paling tidak untuk di institusi tersebut.
.
Di uni tempat kuliah s-1 n masterku skrg, sistem penilaian yg dipake adl PAP. Kadang-kadang, ada perasaan 'gemes' kalo aku dapat nilai nyaris mendekati tepi atas dari range yg ditentukan. Tepi atas tuh contohnya 84 untuk range 75 - 84. Seperti yg aku alami sekarang, salah satu mata kuliah yg aku ambil nilai akhirnya adalah 84 (D), nah... kurang satu aja kan dapat HD. uuuuhhh.......kok nanggung sih! Gemes! Gemes! Kata suamiku, "nilai kamu kurang satu karena sholat kamu pun sering kurang satu yaitu shubuh" eemm.... *mengingat-ingat* hihihi...
.
Ada aja deh cara Alloh mengingatkanku untuk kembali ke acuan yang pokok. Astaghfirullah hal adziim.
.
Wed, 26 July 2006 : Ralat
.
Ternyata aku salah informasi. di UNSW, patokan penilaian yg digunakan adalah PAN (norm referenced). Aku taunya kalo pake PAN secara gak sengaja banget n agak2 bikin deg2an juga krn sampe berkali2 kirim2an email ama dosen.
.
Seperti aku tulis di atas, aku gemes ama nilaiku yg kurang satu angka aja masuk ke grade yg lebih tinggi.
Iseng2 aku nanya ke dosen, sebenernya berapa nilai angka kuis dan essay saya? >>email1
Dia menyebutkan suatu angka dan kemudian aku terapkan rumus utk mendapatkan nilai angka final yg dia tentukan dan langsung mencocokkannya ke grade mana angka tersebut berada. Dari situ aku mendapatkan bahwa sebenernya nilaiku 3.5 lebih banyak dari yg diberikan oleh dosen. Kemudian, aku konfirmasi ke dosen tsb ttg hitunganku ini >>email2
Jawabannya menyebelkan. Eh masak terus dia ralat, maaf sebenernya nilai essay kamu sekian, sedemikian sehingga hitunganku salah dan hitungan dia benar.
Dg sopan tp agak nylekit (emosi boo..), aku bales emailnya kurang lebih seperti ini: Huh, apa-apaan nih? kok bisa2nya terus bilang salah memberikan informasi nilai >>email3
Dia balas lg, apa maksud email kamu itu? saya kan udah blg kalo in cuma kesalahan sya sebagai manusia biasa. (sukses bikin si dosen emosi)
Aku balas lagi, sorry, aku gak bermaksud kecewa atau mengecewakan. saya memaklumi kalo anda emang salah ngasih info (tp dlm hati, huh...kamu terjebak ama pertanyaannku). sebenernya sy cuma butuh jawaban, reference mana yg kamu pake utk menentukan grade. Tp skrg sy udah tahu dari supervisor sy kalo di UNSW pake PAN bla bla bla >>email4
[di hari menulis email4 ini emosiku udah reda krn supervisorku kmdn ngasih pencerahan ke aku kalo di UNSW tuh pakenya norm referenced. Jadi, dari hitungan mentah, nilai angka ini distandardisasikan (istilah dia) berdasarkan sebaran nilai murid2 di kelas tsb yg diasumsikan tersebar mendekati distribusi normal. Ooo.... jadi pengikut PAN to. Terus aku cek lagi ke handbooknya, dan emang bener kata supervisor, aku salah informasi]
Jawaban si dosen yg terakhir, maaf sy telah buat kamu bingung. iya, di sy pake norm referenced, but actually your mark is .... (dlm hatiku, ah complementary)
Aku balas lg sbg neutral ending cuma 2 kata: no worries >>email5
.
Hidup kok dibikin susah dg nilai!