23 November 2007

Kuliah Jarak jauh

A comment for Mas Andi

Mobilitas seorang I Made Andi Arsana adalah sangat luar biasa, siapapun akan paham setelah tahu bahwa Mas Andi, begitu saya biasa menyapanya, adalah duta bangsa untuk PBB. Dedikasinya untuk perkembangan ilmu mutlak tidak diragukan lagi. Akhir-akhir ini beliau menyelenggarakan kuliah jarak jauh, sejauh jarak New York dan Yog ya (sengaja dipisah…hehe…) menggunakan Instant Massanger (IM). Sah bagi seorang dosen seperti beliau untuk menyampaikan kuliah dengan menggunakan cara tersebut, secara beliau hampir tidak mungkin diposisikan dalam kelasnya saat ini dan (mungkin) tidak tergantikan oleh dosen yang lain, sementara mahasiswanya sudah perlu penyegaran ilmu.

Membaca testimoni dari mahasiswa beliau, terkesan bahwa para mahasiswa tersebut senang dengan kuliahnya. Saya pun kalau waktu itu berada di kelas menyimak kuliah beliau yang disampaikan melalui IM lengkap dengan presentasi gambar/animasi materi dan penjelasan langsung (baca: suara asli) pasti (sekali lagi: pasti) akan tertegun, baru mendengar kabarnya saja saya langsung membatin “wew… fantastic”. Namun belum tentu ilmu saya nambah dengan kuliah seperti ini, ga tau ya kalo yang lain...

Pengakuan-pengakuan yang disampaikan di blog beliau sepertinya lebih cenderung pujian kepada bapak dosen yang pintar menggunakan teknologi dan peduli, kalau saya tidak salah mengintepretasikan testimoninya dan tertegun saya ini loh… bukan pengakuan bahwa tujuan kuliah tercapai yaitu pembelajaran. Seseorang dikatakan belajar jika dia dapat mentransferkan apa yang dipelajari, baik dalam level mampu mengulang kembali maupun mampu mengaplikasikan ke tingkatan yang lebih lanjut. Jika memang cara ini baik, seharusnya mahasiswa tersebut menuliskan testimoni berupa capaian dia atas materi yang telah dipelajari.

Jangan-jangan… ^_^ para mahasiswa sibuk menonton tampilan dan mendengarkan suara sehingga lupa bahwa yang ditonton dan didengarkan adalah pelajaran (FYI, sudah ada penjelasan dari cognitive load theorist mengenai hal ini). Seperti halnya menonton film, setelah keluar dari bioskop kan lain orang lain ceritanya…

Lebih lanjut, cara ini menurut saya tidak bisa dipakai oleh sembarang orang dan tidak laik diterapkan secara terus menerus. Untuk seorang Mas Andi, dengan sedikit pembenahan* pada materi dan fasilitas, menurut saya, ini adalah ide bagus yang membuka ruang bagi dosen yang bertugas di luar negeri, juga tentunya memberikan teladan dan motivasi kepada mahasiswa. Namun, bagi dosen yang sebenarnya bisa satu ruang dengan mahasiswa, saya kira secara pedagogi akan lebih banyak capaiannya dengan menempatkan diri di antara mereka untuk memberikan instruksi pembelajaran dari pada kuliah jarak jauh dengan metode IM atau lainnya. Sekali dua kali untuk suatu alasan yang jelas sih oke oke saja, toh mahasiswa adalah pembelajar dewasa.

Oh ya, kuliahnya Mas Andi ini pake diskusi atau enggak ya? Saya ingat pernah baca jurnal penelitian yang membedakan face-to-face dan online discussion (yang ngarang siapa ya... please check b-y-s, yang aku ingat ini di jurnal learning and instruction, 2007). Secara academic performance hasilnya masih mix, artinya tidak ada yang satu dominan atas yang lain. Tapi secara short-term impression, subyek lebih cenderung dengan online discussion.

Memang sih ada efek sosial yang muncul dalam co-learners interaction (oh ya jadi ngeh, diskusi penelitian ini adalah antar-siswa, bukan antar instruktur (dosen) dan siswa, kasusnya bearti beda ya… hehehe… sorry-sorry… iya beda, karena prior knowledge sesama siswa (co-learners) diasumsikan sebanding, sedangkan dalam diskusi antara dosen – siswa, dosen bisa menjadi scaffolding, jadi udah beda ceritanya….

Wah jadi ngelantur, oke… kembali ke… hmm… oh ya, efek sosial dalam berdiskusi a.l. free riding, sucker effect, egocentrism, dll. Kalo secara online (dlm penelitian tsb medianya tertulis, hampir sama dengan chatting di IM), ada dorongan untuk terlibat dalam diskusi karena semua omongan terekam – tertulis, jadi ketahuan jelas kalo ada yang ga fair, sedemikian sehingga anggota diskusi akan saling menahan diri untuk mengembangkan sikap kooperatif dalam beediskusi. Sedangkan kalo face-to-face, susah mengontrolnya… kalo disupervisi langsung misalnya melalui kamera/asisten mungkin akan muncul masalah lain. Apalagi kalo ada anggota kelompok yang pacaran… hehe… ceritanya jadi lain.

Udah ah… emang saya ini siapa kok berani-beraninya ngasih komentar begini ke orang pinter kayak Mas Andi, ngapunten nggih kalo ada yang kurang berkenan, kalo ada yang kurang mutu, mohon pencerahan... Regardless my comment, salut tenan untuk Mas Andi atas semuanya.

*) perlu penelitian nih supaya teruji!

1 comment:

I Made Andi Arsana said...

Mbak Endah,

Terima kasih atas pujian, komentar, ulasan, dan kritik yang cerdas ini.

Kuliah jarak jauh ini terispirasi oleh mimpi-mimpi liar belaka, tidak berguru pada metode ilmiah. Oleh karenanyalah mungkin memang banyak yang harus disempurnakan, apalagi jika dilihat dari kacamata seorang Endah yang memang menekuni ilmunya he he eh. Tapi bener, masukannya sangat berarti. Thanks sekali lagi.

Kuliah yang berlangsung hari ini memang masih mengalami kendala teknis terutama karena ketersediaan internet yang kurang memadai di siang hari. Tapi secara umum mhs melihat ini sebagai inovasi menarik, walaupun benar seperti kata Endah, "menarik" belum tentu 'mencapai tujuannya' he he.

Tapi semoga "menjadi menarik" dapat menjadi "pintu" bagi pemahaman.

Well, thanks atas sharingnya ditunggu komentar dan gagasan-gagasan brilian lainnya.

Salam dari NY
Andi